Senin, 20 Januari 2014

Teori Pareto

Teori ParetTeori pada modul pareto terdiri dari beberapa sub bab yang berisikan penjelasan lebih mendalam. Berikut ini merupakan teori untuk modul pareto.
3.1.1 Pengertian Diagram Pareto
Diagram Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan lagi pula dianggap sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja tidak terlalu terdidik, serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup kompleks. Diagram pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, Diagram pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses.
Diagram pareto dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilredo Pareto pada abad ke 19. Diagram Pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan. Susunan tersebut akan membantu untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji. Bantuan diagram pareto tersebut kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap kejadian daripada meninjau berbagai sebab suatu waktu. Kunci peningkatan proses pertama kali adalah mengidentifikasi area utama dan memfokuskan perhatian pada masalah itu. Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Tahapan penggunaan dari diagram pareto adalah mencari fakta dari data ciri gugus kendali mutu yang diukur, menentukan penyebab masalah dari tahapan sebelumnya dan mengelompokkan sesuai dengan periodenya, membentuk histogram evaluasi dari kondisi awal permasalahan yang ditemui, melakukan rencana dan pelaksanaan perbaikan dari evaluasi awal permasalahan yang ditemui, melakukan standarisasi dari hasil perbaikan yang telah ditetapkan dan menentukan tema selanjutnya (DitjenNak,2000).
3.1.2 Kegunaan Diagram Pareto
Ada beberapa kegunaan dalam sebuah diagram pareto. Berikut ini adalah kegunaan diagram pareto (Purba,2008):
1. Menunjukkan persoalan utama.
2. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap keseluruhan.
3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah adanya tindakan perbaikan.
4. Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan.
Analisis diagram pareto digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi tipe-tipe yang tidak sesuai. Diagram pareto tersebut dibuat dengan mengikuti langkah-langkah yang ditunjukkan dengan mengalihkan perhatian kepada ketidaksesuaian paling tinggi frekuensinya, meskipun tidak harus yang paling penting.
3.1.3 Prinsip Diagram Pareto
Prinsip Diagram Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan melakukan 20% dari pekerjaan bisa menghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu. Aturan 80/20 dapat diterapkan pada hampir semua hal, seperti (library.binus.ac.id):
1. 80% dari keluhan pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa.
2. 80% dari keterlambatan jadwal timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan.
3. 20% dari produk atau account untuk layanan, 80% dari keuntungan Anda.
4. 20% dari-tenaga penjualan menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan Anda.
5. 20% dari cacat sistem penyebab 80% masalah nya.
Prinsip pareto untuk manajer proyek adalah mengingatkan untuk fokus pada 20% hal yang materi, tetapi tidak mengabaikan 80% masalah.
3.1.4 Cara Pembuatan Diagram Pareto
Untuk menjelaskan proses pembuatan diagram Pareto. Berikut ini akan dijabarkan melalui beberapa langkah (DitjenNak,2000):
1. Menentukan masalah yang akan diteliti, mengidentifikasikan kategori-kategori atau penyebab-penyebab dari masalah yang akan diperbandingkan, setelah itu merencanakan dan melaksanakan pengumpulan data.
2. Membuat suatu ringkasan data atau tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan formulir pengumpulan data.
3. Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai yang terendah, serta hitunglah frekuensi kumulatif, persentase dari total kejadian, dan persentase dari total kejadian secara kumulatif.
4. Menggambar dua buah garis vertikal dan sebuah garis horizontal.
5. Membuat histogram pada diagram pareto.
6. Menggambar kurva kumulatif serta mencantumkan nilai-nilai kumulatif (total kumulatif atau persen kumulatif) disebelah kanan atas dari interval setiap item masalah.
7. Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab utama dari masalah yang sedang terjadi.
3.1.5 Langkah Penyusunan Diagram Pareto
Ada beberapa langkah dalam pembuatan sebuah diagram pareto. Berikut ini adalah langkah-langkah membuat diagram pareto:
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang terbesar hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing- masing masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar